Bagaimana Jika INFJ menjadi Ayah?
Figur seorang Ayah amat penting dalam kehidupan berkeluarga. Mencari nafkah, sebagai kepala keluarga, dan semua beban anak istri ada di pundak seorang Ayah.
Lalu, bagaimana jika INFJ menjadi seorang Ayah? Apakah kamu membayangkan sosok figur Ayah yang lembut, mengayomi, dan bersahaja?
Well, simak penjelasan berikut ini ya!
Kaku - Hangat
Sebenarnya ini bersifat universal sih, tak melulu INFJ. Sifat kaku bisa timbul karena kurangnya kasih sayang dari orangtua Ayah INFJ, atau belum berdamai dengan trauma masa lalu. Dalam kategori ini, Ayah INFJ akan menutup masalalunya rapat - rapat, sehingga beliau merasa tak ada yang harus diceritakan, karena masalalunya yang buruk, sehingga kekakuan tercipta pada hubungan ayah dan anak. Namun, sifat kaku tersebut dibalut dengan dark jokes yang selalu dilontarkan oleh beliau, dan tawa menggelegar, seolah menutupi rasa sedih dan sifat kaku beliau. Kaku ini menghasilkan sifat pendiam, apalagi jika hanya berdua dengan anak.
Apa makna yang tersirat dibalik diamnya Ayah INFJ yang kaku ini?
Beliau takkan menceritakan kelemahan diri dan rasa sakit kepada orang yang belum dipercayainya. Ya, kamu tahu, it's INFJ's thing. Tak mudah percaya dengan orang lain. Bahkan, belum tentu, seorang Ayah dan anak akan saling percaya dan saling cerita tentang perasaan mereka satu sama lain. Namun, jika terdapat suatu kejadian yang menimpa salah satunya, dan itu membuat hati anak ataupun ayah terbuka, maka barrier tadi bisa mencair perlahan. Bisa jadi semua itu membutuhkan waktu berpuluh tahun. Bisa saja. Tak ada yang tak mungkin.
Sebaliknya, Ayah INFJ bisa juga memiliki sifat hangat dan mengayomi. Tentu saja, dengan latar belakang keluarga beliau yang harmonis, juga mendapatkan limpahan kasih sayang dari orangtua beliau, menjadikan beliau sebagai pribadi yang hangat. Namun, tetap dengan dark jokes-nya yang menjadi ciri khas.
Aktif Melakukan Berbagai Hal Bersama Anak - Anaknya
Meskipun Ayah INFJ bisa kaku, bukan berarti beliau tak bisa melakukan kegiatan bersama anak - anaknya. Hanya saja, semuanya dilakukan dalam diam, tak banyak bicara, dan terus memberikan edukasi pada anak - anaknya tentang hobi atau hal yang disukainya. Dalam diamnyapun, sebagai anak, kamu bisa merasakan optimisme dan menerima energi positif dari beliau. Bahkan beliau senang mengajak anaknya pergi ke suatu tempat yang baru, walaupun tak banyak bicara.
Yang kaku saja begitu antusias mengenalkan dunianya kepada anak, apalagi Ayah INFJ yang hangat. Akan terjadi banyak percakapan di dalam kegiatan yang dilakukan bersama - sama anaknya. Jadi, memori indah tak sekedar ada pada kegiatan yang dilakukan bersama, tetapi juga percakapan yang berarti.
Photo by Jeffrey Hamilton on Unsplash |
Berwirausaha - Bekerja Biasa
Dengan sifat idealisnya, Ayah INFJ sangat mungkin melakukan langkah berani untuk melakukan solo career dengan berwirausaha sesuai bidang yang diminatinya. Jiwa idealisme yang begitu besar, kegundahan terhadap dunia, menjadikan beliau ingin membuat dunia lebih baik lagi dengan caranya sendiri, entah itu dengan menciptakan karya yang unik, menulis, melukis, dan sebagainya. Namun, Ayah INFJ yang berani berwirausaha merupakan orang yang sudah mengalami kerasnya kehidupan, sehingga beliau memiliki optimisme yang begitu besar, karena merasa berpengalaman pernah merasakan yang lebih pahit sebelumnya. Atau memang punya modal yang besar untuk memulai.
Adapula Ayah INFJ yang memilih untuk mengalah pada idealismenya, bahkan cenderung tidak tahu apa yang dia inginkan. Beliau memilih mengalah pada keadaan dan stereotype, agar bisa menyambung kehidupan, atau tidak disindir oleh orang lain.
Tak ada yang lebih baik. Berwirausaha butuh modal dan tekad yang cukup besar untuk dijalankan. Namun, jika tak berhasil, cukup sulit sebab Ayah INFJ adalah kepala keluarga, sehingga beliau harus bertanggungjawab terhadap keluarganya. Mau tak mau, disinilah pilihan mengalah pada keadaan itu menjadi sebuah keharusan, jika modal tak ada. Banyak yang menyerah dengan impiannya, apalagi jika tak ada dukungan dari orang terdekat.
Dianggap 'Gila' oleh Orang Lain
Sedihnya, orang lain sering menganggap Ayah INFJ 'gila', karena pemikirannya yang berbeda dan antimainstream. Bahkan, sampai terang - terangan dimusuhi oleh orang lain. Namun, beliau hanya tertawa saat dicap begitu. Sepertinya beliau tahu seni 'bodo amat', sebab mungkin saja sudah kenyang dengan berbagai cobaan, jadi hal seperti itu hanya dianggap angin lalu.
Bergaul seperti Extrovert, tetapi Tetap Sering Menyendiri
Setiap ada orang yang datang ke rumah, atau sekedar bertemu dengan orang lain di jalan, Ayah INFJ bisa bersikap layaknya extrovert, bisa menyapa duluan, bisa berbasa - basi, bisa sekedar melontarkan dark jokes, bisa tertawa lepas. Namun, sisi introvert-nya selalu menonjol melalui kesendiriannya. Tak jarang, beliau bisa terhanyut dalam pikirannya sendiri, sambil mengerjakan sesuatu atau hobi yang disukainya.
Berpotensi Melakukan Kekerasan atau Mengancam Orang di Sekitarnya
Tak ada manusia yang sempurna. Pada unhealthy INFJ, ayah bertipe kepribadian ini bisa menjadi toxic dan melakukan kekerasan, juga mengancam orang di sekitarnya jika keinginannya tak dipenuhi. Ini semua tak lepas dari trauma masa lalu dan pola asuh orangtua beliau.
Mendiamkan Orang Lain Ketika Marah
Ketika marah kepada anak - anaknya, Ayah INFJ bisa mendiamkan mereka berhari - hari, sampai akhirnya kemarahannya mereda. Jarang marah, tetapi sekali marah sangat menakutkan. Tak ingin berbicara dengan anaknya sama sekali, bahkan cenderung menghindari untuk berpapasan. Hal ini tak terlepas dari masa lalu sang Ayah yang juga diperlakukan sama oleh orangtuanya, dan... ini memang sifat jelek bawaan INFJ, yang melekat pada setiap INFJ.
Bagaimana agar sifat jelek tersebut tak terulang di masa depan kelak untuk anak - anak kita?
Kita perlu berdamai dengan masa lalu. Mengubah diri menjadi versi terbaik. Berkata memang mudah, tetapi dijalankan sangat sulit. Apalagi, INFJ sangat sulit melupakan kesalahan orang lain, bahkan ketika kebaikannya sebanyak buih di lautan. Namun, ini perlu dibiasakan, dan tanamkan mindset untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di masa lalu, seperti yang dilakukan oleh orangtua kita, sehingga anak - anak kita kelak akan menjadi generasi yang tak memiliki trauma dari keluarga sendiri.
Sulit memaafkan orang lain yang tak ada hubungan erat dengan kita, itu bisa dimaklumi, tetapi, sulit memaafkan anak sendiri? Karakter anak salah satunya terbentuk dari didikan orangtua, jadi jika anak berbuat salah, itu tak lepas dari didikan kita sebagai orangtua yang kurang tepat. Justru, sebagai orangtua pula, kita harus merangkul anak ketika dia salah, dan ajarkan bertanggungjawab untuk menyelesaikan masalah yang ia mulai, bukan malah memusuhinya dan tak memaafkannya. Enak ya, ngomong doang? Iya dong. Bebas jika ingin menulis ini itu, tapi ini reminder juga buat saya sebagai orangtua.
Jarang Menunjukkan Perasaan yang Sebenarnya
Sebenarnya tak jauh sih dari trait INFJ lainnya. Jarang disini maksudnya ketika Ayah INFJ bahagia, bangga, raut mukanyapun akan sama dengan saat sedih.
Wait, sedih? Kok bisa sama?
Dengan sifat INFJ yang seringkali cenderung flat dalam bereaksi terhadap suatu peristiwa, dan dengan gender sebagai pria yang sudah dewasa, maka semakin lengkaplah alasan mengapa Ayah INFJ hampir tidak menunjukkan emosi yang seharusnya terhadap suatu kejadian.
Agar lebih mudah kamu pahami, saya beri contoh. Ketika beliau bangga terhadap prestasi anaknya di sekolah, ekspresinya akan sama dengan ketika beliau melepas kepergian anaknya untuk merantau kuliah di kota lain. Seharusnya, beliau merasa sedih untuk kasus kedua, bukan? Namun, beliau menutup rapat rasa sedihnya, dan hanya menghadapinya dengan dark jokes seperti biasa, tersenyum dan bahkan tertawa. Seperti mengisyaratkan kepada anaknya bahwa, "you're gonna be okay, don't worry".
Atau ketika anaknya pulang dari tanah rantauan, reaksi beliau akan tenang seperti tak ada kejadian istimewa di hari itu. Seharusnya ada rasa haru, bukan? Sebab sudah lama tak bertemu langsung dengan anaknya, tetapi itulah yang terjadi. Tetap dengan dark jokes dan tawa recehnya yang menggelegar.
Mengapa reaksi flat ini bisa terjadi? Sebab, INFJ sudah memperkirakan suatu kemungkinan yang akan terjadi. Baik itu kejadian baik maupun buruk, semua reaksi yang tepat sudah dilakukan sebelum peristiwa itu terjadi. Ketika peristiwa itu datang, INFJ akan beranggapan, "akhirnya, yang aku perkirakan datang juga". Sehingga jarang ada rasa terkejut jika ramalan yang INFJ perkirakan sebelumnya benar - benar terjadi di kemudian hari.
Sering Memberikan Sesuatu untuk Anak - Anaknya
Meskipun terkenal strict dan pelit terhadap diri sendiri, sebenarnya INFJ sangat royal dalam membelikan sesuatu untuk orang terdekatnya. Begitupula Ayah INFJ, yang tak segan membuat sesuatu karena anaknya butuh. Tak segan membeli sesuatu untuk anaknya walaupun membelinya lama (karena harus menabung dulu). Jajanan, kebutuhan sekolah, jalan - jalan, beliau tak keberatan dengan itu, asal uang dan waktunya ada.
Photo by Robert Eklund on Unsplash |
Jauh dalam Sanubari, Beliau sangat Pengertian
Sekalipun jarang bicara, kaku, dan flat dalam bereaksi, Ayah INFJ merupakan seorang Ayah yang pengertian dan jarang menuntut. Semua itu karena beliau pernah merasakan posisi seorang anak, dan empatinya menjadikan beliau tahu bahwa anak tak selalu bisa menjadi sempurna di hadapan orangtuanya. Tak bisa berprestasi di sekolah, yang penting sehat selalu. Belum bisa memberikan uang setelah bertahun - tahun lulus kuliah, yang penting masih mau berusaha. Hanya saja, rasa mengerti ini bisa jadi sampai disini saja. Ketika mengajarkan anak yang kurang berprestasi di sekolah, beliau bisa mengajarkannya dengan marah - marah, karena si anak terlalu lambat untuk memahami materi yang diajarkan. Tak mendapatkan uang dari anaknya, beliau bisa mencari cara yang sedikit di luar batas untuk memperoleh yang dari sumber lain. Namun, semua itu tergantung budaya, pendidikan dan juga pola asuh di masa kecil beliau. Jika beliau merupakan lulusan pendidikan, tentu beliau akan memahami rasa sabar dalam mengajari materi sekolah kepada anak. Jika budayanya keras, maka cara ajarnyapun tak jarang membentak.
Memiliki Raut Wajah Dreamy
Ini sih sudah tak asing. INFJ yang suka sekali mengkhayal akan terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang seperti memikirkan banyak hal dalam satu waktu. Seringkali melamun, diam, dan memasang wajah datar, bahkan ketika dipanggil oleh anak - anaknya beberapa kali, baru beliau tersadar dan kembali ke dunia nyata.
Hobi/ Minat yang Berganti - Ganti, tetapi Terkadang Berhenti dari Semua Itu
Sebagai orang yang moody, INFJ sangat mudah bosan. Begitupula yang terjadi dengan Ayah INFJ. Satu waktu beliau akan suka mendalami tentang ini, di lain waktu hal lain akan menggelitik rasa penasarannya. Hobinyapun juga begitu.
Namun, dengan tanggungjawab sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, tak jarang Ayah INFJ meninggalkan semua hobi dan minatnya, agar fokus pada pekerjaan maupun keluarga. Waktu yang sebagian besar dihabiskan di tempat kerja, menjadikan beliau jarang punya waktu untuk mengerjakan hobinya. Begitu pulang ke rumah, langsung berkumpul bersama keluarganya tanpa menyentuh hobinya sama sekali.
Lalu, apa yang terjadi jika beliau tak menyentuh hobi dan minatnya?
Beliau akan kehilangan diri sendiri, dan merasa burnout dengan rutinitas yang ada, sehingga sangat penting, tak hanya bagi Ayah INFJ, tetapi semua orang, untuk me time dan mengerjakan hobi atau sekedar mendalami minat.
Menjadi figur seorang Ayah bukanlah hal yang mudah. Ketika pertama kali kamu menjadi Ayah, kamu tak punya pengalaman apapun dan anak pertama menjadi pengalaman fatherhood-mu yang pertama. Ketika anak kedua lahir, walaupun kamu pernah punya pengalaman sebelumnya, tetapi kamu menghadapi anak yang berbeda, seorang manusia dan keunikan yang berbeda dari sebelumnya. Jadi, menjadi Ayah adalah pelajaran seumur hidup. Lebih - lebih, seorang Ayah INFJ memiliki kelebihan dan kekurangan dari masa lalu, yang alangkah lebih baiknya hal itu menjadi batu loncatan untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri, sehingga sebagai Ayah bisa menghasilkan generasi yang baik dan waras untuk melanjutkan hidup di masa depan kelak. Semangat belajar untuk kita semua, ya!
Plot twist: Ayah saya INFJ (belum test tetapi saya tahu karena kami banyak kesamaan), dan ada INFJ di sekitar saya yang baru saja menjadi seorang ayah.
Terimakasih sudah mengunjungi Personagram. Jangan lupa kunjungi Personagram di Instagram ya (@personagram.id dan @fellowinfj)! Ciao!
Comments
Post a Comment