Bahagia Versi INFJ
Hello, Fellow INFJ!
Well, sebagai INFJ, apakah kamu sudah merasa bahagia dengan dirimu sendiri? Apakah kamu sudah menerima segala keunikanmu dibandingkan orang lain? Apakah kamu sudah bersyukur dengan kelebihanmu dan memperbaiki kekuranganmu?
Sounds cliche, right? Namun, berbagai pertanyaan tadi adalah pengantar menuju kebahagiaanmu yang sejati sebagai INFJ.
Seperti yang kita pernah dengar dari salah satu semboyan, "just be yourself". Itu bukan hanya sekedar semboyan belaka, melainkan kunci dari kebahagiaanmu.
Kok bisa sih?
Sebab, INFJ itu pada dasarnya adalah seorang rebel. Kita adalah pemberontak sejati yang sangat sangat sangat benci untuk mengikuti stigma/ stereotype, peraturan bahkan budaya yang ada. Kita adalah seorang yang unik, yang bisa ditandai sebagai warna tertentu dari banyaknya warna kuning di kehidupan. Kita tidak ikut menjadi kuning, kita bisa menjadi merah, oranye, hitam, biru, dan lain sebagainya.
Photo by Ruppert Britton on Unsplash |
Oleh karena itu, sangat penting untuk kita menjadi diri sendiri. Ketika kita mencoba mengikuti stigma yang ada, kita akan tertelan rata di masyarakat dan menahan semua gejolak emosi yang seharusnya menjadi keunikan kita di antara masyarakat, dan itu seperti bom waktu, yang sewaktu - waktu akan meledak, dan itu bisa berbahaya bagi diri kita sendiri maupun orang lain di sekitar kita. Efeknya kita akan kehilangan gairah dan semangat dalam menjalani hidup.
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk menjadi diri sendiri? Berikut akan saya paparkan satu persatu.
Kenali Diri Sendiri
Mudah, bukan? Kedengarannya begitu, tetapi faktanya, begitu sulit memahami diri sendiri, terlebih INFJ adalah seorang yang kompleks. Seringkali kita bingung, apa yang kita mau, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita alami. Namun, bukan berarti tidak mungkin untuk memahami diri. Dengan mempelajari bagaimana karakter INFJ melalui internet, kita sebenarnya sudah memulai langkah yang tepat untuk memahami diri. Kita tak perlu menjadi expert dalam mendalami INFJ, kita hanya perlu tahu, bahwa kita tak seorang diri menjalani ini semua. Persentase INFJ yang sebesar 1,5% dari populasi dunia, yang paling langka di dunia, justru bertebaran di internet. Kita hampir bisa relate dengan semua keluhan - keluhan INFJ lainnya, dan banyak juga yang menawarkan solusi untuk keluhan tersebut, sehingga kita bisa belajar dari itu. Walaupun tak menutup kemungkinan, kita akan membuat solusi versi sendiri untuk mengatasi kecemasan atau sensitifitas berlebihan yang ada pada diri.
Identifikasi Hal yang Menghambat untuk Menjadi Diri Sendiri
Bisa jadi, orang - orang di sekitar kita terlalu toxic, atau suasana kamar yang berantakan membuat kita tak bisa berpikir jernih, atau pekerjaan yang terlalu melelahkan secara fisik dan mental sehingga kita terlalu lelah untuk bermain dengan 'dunia' yang ada di kepala kita. Setelah mengidentifikasi hal tersebut, kita bisa membuat resolusi atau rencana untuk memperbaikinya. Merapikan kamar saat Minggu pagi, mencari pekerjaan yang lebih manusiawi, atau pindah dari lingkungan toxic, bahkan memilah orang - orang toxic dalam hidup kita.
Yang terakhir terdengar jahat ya? Namun, dengan memilah, atau yang biasa kita kenal dengan door slamming, kita akan bebas menentukan pilihan untuk memilih mana orang yang pantas ada dalam hidup kita, mana yang mesti kita jauhi. Door slamming tak melulu memusuhi kok, hanya saja kita menjaga jarak dari mereka, atau tak berkomunikasi bila tak ada yang penting. Mengapa kita perlu melakukan ini? Sebab lingkungan yang toxic sangat berpengaruh pada kesehatan mental kita. Terlebih, sebagai INFJ, kita sangat mudah dimanfaatkan oleh orang lain, sangat rentan menjadi people pleaser, sangat rentan depresi ketika kita di-judge karena keunikan diri kita. Oleh karena itu, untuk menjaga kewarasan kita, kita mesti berani untuk mengatakan tidak kepada orang - orang toxic, atau hal - hal yang bertentangan dengan nilai dan prinsip yang kita pegang.
Lalu, bagaimana jika orang - orang di sekitar kita membenci kita karena door slamming ini?
Well, inilah tantangannya. Lucu ya jika dipikir kembali, untuk menjadi diri kita sendiri saja tantangannya sudah luar biasa.
Begini. Balik lagi ke pernyataan awal, bahwa menjadi diri sendiri adalah kunci dari kebahagiaan kita. Ketika kita terus - menerus membiarkan racun mengalir dalam hidup, kita akan menjadi sakit luar biasa, dan ketika sakit, bahagia akan menjauh karena kita akan terus mengerang kesakitan. Jadi, kita perlu membuang racun - racun itu agar kita merasa sehat kembali. Orang sehat akan dekat dengan bahagia, dibandingkan dengan orang sakit. Fakta, bukan?
Jadi, tak usah merasa tak enak. Toh kita tidak memusuhi, hanya menjaga jarak.
Terima Segala Keunikan Diri
Hey, dengan adanya dunia kecil di kepala kita, kita akan sering menemukan diri sendiri terjebak dalam dunia itu! Sebelum menemukan fakta bahwa saya seorang INFJ, saya pernah menyangka bahwa diri saya mengidap schizophrenia saat sekolah menengah. Berawal dari membaca novel yang membahas tentang penyakit tersebut, saya menjadi ragu dengan diri sendiri, karena salah satu indikasi schizophrenia adalah sering bermonolog dengan diri sendiri (ngomong sendiri). Namun, ternyata, penyakit tersebut jauh lebih kompleks dari makhluk sehat mental yang terkompleks di dunia ini. Salah juga sih mendiagnosa diri sendiri seperti itu, sebab penyakit seperti itu kan, harus ditangani oleh psikiater dan melibatkan obat - obatan untuk penyembuhannya.
Pernah lagi, suami saya menyangka bahwa saya bipolar. Saya sempat mempercayai hal itu, dan melakukan riset kecil tentang bipolar. Well, bipolar juga jauh lebih kompleks daripada ke-INFJ-an kita. Yang kita sangka bipolar, ternyata karena kita manusia paradoks.
Sebelum menemukan bahwa diri adalah INFJ, saya yakin kita pasti akan menduga atau diduga oleh orang di sekitar kita, bahwa kita memiliki suatu penyakit mental tertentu. Padahal, jika mengidap penyakit mental, gejalanya akan lebih ekstrim, dan harus konsultasi ke psikolog atau psikiater, tak boleh sembarang mendiagnosa penyakit mental tersebut. Berkaca dari kesalahan masa lalu, sayapun bersyukur menemukan diri ini INFJ, bukan seperti diagnosa saya ataupun dugaan suami.
Balik lagi, keunikan kita itu apa sih? Saya sudah paparkan sebelumnya; rebel, universe in our head, dan lain sebagainya. Keunikan tersebut perlu kita rangkul, tetapi tidak dengan mencelakakan diri sendiri ataupun orang lain. Jangan karena merasa kita rebel, lalu kita membolehkan diri untuk memakai narkoba, melakukan tindakan kriminal atau memukul orang seenaknya. Itu namanya kebodohan. Tak sayang dengan diri sendiri, merepotkan orang lain juga. Bodoh. Walaupun kita rebel, tetap ada batasan tertentu yang tidak bisa kita langgar. Jadi, rebel-lah secara bijak, ketahui risikonya, dan tanggungjawab dengan pilihan jalur rebel kita.
Photo by Bailey Mahon on Unsplash |
Bersyukur dengan Kelebihan Diri
Kita bisa membaca karakter orang, bisa tahu emosi apa yang terjadi dalam ruangan, bisa tahu mana orang yang fake, mana yang tulus. Itu semua adalah kelebihan kita sebagai INFJ. Banyak lagi sih, intinya kita harus bersyukur karena ini merupakan kelebihan yang tak dimiliki oleh setiap orang, dan gunakanlah secara bijak untuk kebaikan. Bukan niat jahat. Jangan salah, jika kelebihan kita digunakan untuk niat yang jahat, kita bisa menjadi orang yang berbahaya sekali. Jadi, tepislah niat jahat tadi (walaupun terkadang sulit). Seperti Adolf Hitler, seorang INFJ yang menggunakan kelebihannya untuk melakukan sesuatu yang kejam. Kita tidak ingin menorehkan keburukan dalam sejarah hidup kita, bukan?
Perbaiki Kekurangan Diri
Well, INFJ bisa menjadi seorang yang pemarah, ringan tangan (suka memukul), people pleaser, mendiamkan orang ketika marah, gampang tersinggung dan banyak lagi. Seiring berjalannya waktu, kita akan menghadapi berbagai macam manusia, dan jika kita belajar cara mengendalikan diri, belajar memahami emosi negatif apa yang harus kita buang, lama kelamaan kita akan terbiasa untuk tidak melampiaskan kekesalan pada orang lain. Bukan berarti tidak boleh marah ya. Namun, jangan sering melakukan itu, apalagi sampai melakukan kekerasan, karena kita hanya akan menyakiti diri sendiri dan orang lain. Tak bosan juga saya sampaikan bahwa Stoicisme adalah filosofi yang bisa kita anut untuk pengendalian diri.
Gali Potensi Diri
Hidup tentang melakukan sesuatu, bukan? Jika kita sudah mengenali diri sendiri tanpa melakukan apa yang kita sukai, bahagia hanyalah dalam angan. Jadi, beranjaklah dari kasur dan lakukan sesuatu yang berguna untuk dunia, sekecil apapun itu!
Apa passion kita? Apa hobi kita? Melakukan semua itu akan menyelamatkan kita dari kegilaan dunia. Melukis, menulis, menyulam, dan banyak lagi yang bisa kita lakukan. Bahkan, jika kita bekerja, passion dan hobi bisa dilakukan setelah pulang kerja. Menjadi ibu rumah tanggapun, kita tetap harus punya hobi, jangan pernah tinggalkan! Demi kewarasanmu. Dan itu harus!
Temukan Orang yang Bisa Dipercaya
Kepercayaan yang bisa kita beri setidaknya 85%. Ini opsional sih, karena mungkin saja ada INFJ yang lelah mencari, atau memang sudah senang dengan status solo. Well, itu pilihan masing - masing. Hanya saja, ini sangat membantu, karena kita tidak perlu fake di depan orang yang kita percayai, dan kita bisa menjadi diri sendiri. Minimal ditemani satu orang saja, kita sudah berdamai dengan dunia.
Mengapa saya katakan 85%? Sebab INFJ orang yang sangat privat, meskipun sangat dekat dengan orang yang kita percayai, kita tetap punya batasan yang tak bisa dilewati oleh siapapun, karena hanya kita sendiri yang boleh menikmatinya. Dan itu ada dalam dunia di kepala kita. Sekalipun sama - sama INFJ, tetap maksimal sekitar 85% kepercayaan yang bisa kita beri.
Mungkin kamu akan terkejut, karena menemukan kebahagiaanmu dengan menjadi diri sendiri akan menghilangkan beberapa hal dalam hidupmu. Bisa jadi teman - temanmu, keluargamu, atau bahkan pekerjaanmu. Sebab, saat kita jadi diri sendiri, banyak orang yang tidak akan menerima keunikan diri kita, dan merasa kita bukan orang yang baik, atau orang yang pantas untuk ditemani. Jika kamu ingin bahagia, kamu harus siap untuk kehilangan segalanya. Dan memulai langkah baru sebagai dirimu sendiri yang sebenarnya. Umur duapuluh tahun ke atas adalah masa transisi dimana kamu harus memilih kebahagiaanmu, atau mengikuti stigma yang ada. Lagi - lagi ini pilihanmu. Siap atau tidaknya kamu yang tahu.
Dengan melakukan semua ini, semoga kamu terbantu untuk menjadi diri sendiri ya. Ini cara saya, mungkin kamu punya cara alternatif yang lebih baik, kamu bisa share di kolom komentar ya!
Terimakasih sudah mengunjungi Personagram. Jangan lupa kunjungi Personagram di Instagram ya (@personagram.id dan @fellowinfj)! Selamat berjuang menjadi diri sendiri, Fellow INFJ!
Comments
Post a Comment